Langsung ke konten utama

Sesuap nasi dari kepingan CD

Waena, Aco, nama seorang penjual kepingan CD di depan Bank Papua Waena yang setiap sore membuka dagangannya demi mengais rejeki di tengah kota Jayapura yang semakin hari semakin susah untuk mendapatkan pekerjaan yang layak, serta harus bersaing dengan pedagang kaki lima lainnya.

Ia adalah pendatang dari Makassar yang merantau ke Jayapura sejak 2 tahun lalu dengan tekad ingin mengadu nasib disini yang menurut penuturan dia di kota Makassar yang sebagai kampung halamannya seorang sarjana pun sudah susah mendapatkan pekerjaan walau sekedar pedagang kaki lima. “ kalau di Makassar itu sekarang na biar mau jualang kaset sudah susah sekali maki” tutur dia dengan logat yang masih kental.

Dengan modal 3 juta rupiah dia membuka usaha jualan kepingan kaset CD dan DVD bajakan yang dia dapatkan dari penjual grosiran di kota Jayapura dengan keuntungan per hari mencapai 100 ribu rupiah. Ia mulai jualnnya saat matahari sudah hampir tenggelam karena jika masih panas terik dia akan kepanasan karena tempat dia menjual barang dagangannya tidak ada atap, selain panas terik yang jadi penghalang, hujan pun kadang menggagalkan keuntungannya jika turun saat dia berjualan. Jadi waktu berjualannya hanya dari jam 3 sore hingga jam 9 malam.

Kendala lain dari usaha dara asli kota daeng ini adalah maraknya penjual yang sejenis di daerah Waena seperti depan supermarket Topaz ada 3 penjual yang memperdagangkan juga kaset-kaset CD dan DVD, dan bahkan disamping tempat usahanya itupun yang hanya berjarak 4 meter ada penjual yang sama. Variasi kaset yang dia jual mulai dari kaset CD lagu-lagu, film, sampai pada kaset-kaset PS 1 dan 2.

Suka duka mencari sesuap nasi dengan berjualan kaset bajakan ini menurut dia sanagat banyak. Sukanya disaat tidak turun hujan dan pembeli lagi banyak, apalagi saat malam minggu kata dia penghasilan lumayan banyak ketimbang malam-malam lainnya mengingat malam minggu banyak digunakan oleh masyarakat untuk jalan-jalan keluar rumah menikmati malam minggu malam yang panjang. Adapun saat-saat menjelang hari raya seperti natal, lebaran dan tahun baru menurut pengakuannya lumayan meningkat minat pembeli karena membeli kaset rohani. Dan dukanya disaat baru buka jualannya dan hujan turun, maka dipastikan dia akan rugi karena dia akan menutup jualannya lebih awal karena takut barang dagangannya kebasahan.

Sekalipun hanya berjualan kaset, Aco mengaku sangat menyenangi profesinya itu. “aku senang dengan kerjaan saya ini, walaupun banyak sengsaranya tapi kan halal” begitu pengakuan dia akan pekerjaannya itu. Tanpa di tanya Aco menuturkan bahwa pernah tempo hari dia apes, karena meja tempat biasanya dia menaruh barang dagangannya untuk di tawarkan kepada calon pembeli di rusak oleh orang mabuk pada saat dia sudah pulang dan menitipkan meja tersebut di depan toko samping bank Papua, dan ketika keesokan harinya dia datang hendak berjualan dia sudah mendapati lahan rejekinya itu dalam keadaan berantakan dan tidak dapat di pergunakan lagi.

Lanjut dia, “untungnya sampai sekarang kita belum pernah kena razia penjualan kaset bejakan ini, jadi kita masih bisa makan, kalau sudah dilarang lagi kayak di Makassar, tidak taumi mau makan apamaki ini”.Begitulah si Aco dengan usahanya demi mencari rejeki di tanah orang.(Charment)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Galeri Foto Tragedi Makam Mbah Priok Berdarah, 14 April 2010

by. charment Putra Maspul Ini adalah merupakan seuntaian bukti sejarah baru di negeri ini akan kekerasan dari pihak aparat yang menindas rakyat kecil, dengan semena-mena menganiya, menyiksa, bahkan membunuh rakyat demi pekerjaan mereka (SATPOL PP). namun kemudian muncul tanda tanya besar, Siapakah yang pantas bertanggung jawab dengan Kasus Makam Mbah Priok ini??? Kesalahan siapa??Apakah Gubernur DKI, Kesatuan Pamong Praja DKI, Ataukah Masyarakat yang mempertahankan makam Mbah Priok?? Belum ada yang bisa menjawab semua pertanyaan tersebut, namun korban telah berjatuhan, darah telah mengalir, nyawa-nyawa tak berdosa telah melayang. Dimana hati para pemimpin bangsa ini, sebiadab itukah SATUAN POLISI PAMONG PRAJA? apakah tujuan mereka dibentuk untuk menindas dan menghancurkan rakyat kecil??apakah mereka bukan manusia selayaknya punya hati nurani yang juga berasal dari rakyat kecil?? TANDA TANYA BESAR????? Pantaskah SATPOL PP Dibubarkan sesuai tuntutan sebagian rakyat?? mari sat

Makalah Antropologi Agama "Siri' Na Pacce" (Budaya Bugis Makassar)

--> MAKALAH INDIVIDU SIRI’ NA PACCE Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Antropologi Agama DOSEN PENGAMPUH : AMIR MAHMUD MADUBUN, SH, MH OLEH : NAMA           : ABDUL KARMAN NIM               : 008 111 001 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) AL-FATAH JAYAPURA 2010 BAB I A.        PENDAHULUAN Beragam budaya sebagai sebuah pemikiran yang prinsipil dan esensial kehilangan jati diri yang sesungguhnya, banyak di antaranya tinggal sebuah puing cerita dan sebagian yang lain kaku di atas definisi sempit yang menggeneralisasikan hakikat dan makna prinsipil kebudayaan yang begitu luas serta penurunan eksistensi dalam menstimulasi lahirnya kewibawaan dan kehormatan. Sebagai gambaran nilai budaya yang prinsipil dan sepantasnya terinterpretasikan dalam setiap sub kebijakan nasional adalah sebuah budaya “Siri’ na Pacce”. Budaya siri’ na

Makawaru : Dimana Berada, Berusaha Membangun (Dimuat di koran Bintang Papua)

JAYAPURA— Guna memberikan wadah berimpun para mahasiswa asal Enrekang atau juga disebut Daerah Massenrenpulu, Minggu (8/5) kemarin terbentuk sebuah organisasi Himpunan Pelajar Mahasiswa Massenrenpulu (HPMM) Korwil I Papua. Hal itu dengan digelarnya Musywarah Koordinator Wilayah I HPMM, di Hotel Ermasitha, Polimak, Kota Jayapura, yang akan memilih ketua dan pengurus. “Selain itu juga untuk merumuskan program kerja HPMM,” ungkap deklarator Korwil Papua, Abdul Karman kepada Bintang Papua. Dalam musyawarah tersebut, juga menghadirkan dua Pengurus Pusat HPMM dari Makassar, Suhendi dan Lukmanul Hakim. “Pembentukan HPMM di Papua ini sebagai jawaban atas permintaan yang kami terima per telepon. Dan sesuai Anggaran Dasar, bahwa setiap provinsi atau Kabupaten bisa membentuk Korwil. Sehingga kami respon baik keinginginan teman-teman di Papua dan Ayahanda dari HIKMA,” ungkapnya. Selain itu, dikatakan juga bahwa dari Pimpinan Pusat HPMM berharap organisasi HPMM bisa lebih berkemban